Teman-teman, kabar gembira bagi kita semua. Serikat Yesus Provinsi Indonesia akan mengadakan Retret Panggilan 2011 pada bulang Januari 20011. Bagi kalian laki-laki muda, sedang bekerja atau mahasiswa tingkat akhir, penuh semangat untuk bekerja melayani Tuhan, daftarkanlah diri kalian untuk mencari kehendak Tuhan!
Hubungi kami di prompangsj@gmail.com
Senin, 20 September 2010
Jumat, 17 September 2010
Di Bawah Bayangan Istana Kerajaan (1506-1517)
Teman-teman yang terkasih dalam Kristus, kami ingin melanjutkan cerita tentang St. Ignatius dalam masa awal kehidupannya.
Juan Velazquez de Cuellar, menteri perpajakan Kerajaan Spanyol, adalah kawan baik Don Beltran, dan istri mereka adalah saudari sepupu. Velazquez juga menjadi kepala rumah tangga Raja, sedangkan Maria Velasco (istrinya) menjadi kepala para pembantu perempuan ratu putri, Germaine de Foix. Suatu hari, Velazquez minta Pangeran Loyola untuk mengirim anak bungsunya, Ignasius, ke rumahnya. Ia tidak hanya akan mendidik Ignasius dan membesarkannya seperti anaknya sendiri, tetapi juga akan menolongnya tenang tenteram dalam hidupnya.
Ignasius kemudian pergi ke rumah Velazquez di kota Arevalo, jauh dari Loyola. Ia tumbuh dewasa, baik fisik maupun mental; ia tinggal bersama keluarga bangsawan ini selama 10 tahun. Dulu putra-putri Loyola juga dididik di lingkungan istana oleh keluarga bangsawan yang masih berhubungan keluarga dengan mereka.
Sejak saat ini, nama Beltran tidak lagi ditemukan dalam dokumen-dokumen keluarga Loyola. Sangat besar kemungkinan ia meninggal setelah keberangkatan anak bungsunya.
Tahap demi tahap, Ignasius mempelajari tata krama dan sopan santun istana. Tugas pokoknya adalah membantu Menteri Perpajakan sebagai semacam sekretaris. Di sinilah ia belajar menulis halus yang ia pertahankan sampai akhir hidupnya. Di sini juga ia lalu mempunyai kebiasaan membaca buku-buku kepahlawanan, buku-buku novel zaman itu. Tata tertib kekesatriaan adalah sejenis sumpah militer yang diucapkan oleh para anggota atau ksatria dalam upacara meriah. Dalam sumpah itu, mereka berjanji untuk membela anak-anak yatim piatu, para janda, berperang melawan ketidakadilan dan menghukum para penjahat.
Setiap kali Raja mengunjungi berbagai kota yang ada, menteri Perpajakan dan Kepala rumah tangga harus ikut bersamanya. Sekretaris menteri Perpajakan juga ikut. Karena acara inilah, Ignasius dapat mengunjungi kota-kota penting dan mengenal orang-orang yang sangat berpengaruh. Ia juga belajar tentang pelayanan pemerintah baik yang ke dalam maupun yang keluar. Di samping itu, belajar berbagai macam hukum dan peraturan-peraturan serta orang-orang yang bertanggung jawab dalam masalah hukum. Demikian sedikit demi sedikit Ignasius memperoleh pendidikan, yang dalam bahasa sekarang disebut manajemen. Kelak pendidikan manajemen ini akan sangat berguna.
Keluarga Velazquez adalah keluarga besar dengan beberapa anak laki-laki dan perempuan. Anak-anak ini didorong untuk sejauh mungkin menjadi pelayan kehormatan di istana dengan gaji pendapatan yang sudah ditetapkan. Meskipun Ignasisus tidak pernah menjadi pelayan istana, ia hidup dan bergerak dalam lingkungan istana dan ia tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh istana yang sangat kuat.
Seorang yang tinggal di istana haruslah memiliki iman Kristen yang dalam, setia pada raja, memiliki rasa bangga akan tugas yang diberikan, percaya diri dan mempunyai watak murah hati. Ia juga harus sopan terhadap perempuan. Setiap anak muda laki-laki harus dapat main pedang dan belajar memainkan beberapa alat musik. Ignasius mempelajari semuanya. Tetapi ia berpantang tidak bermain musik pada hari Jumat untuk menghormati sengsara Tuhan dan pada hari Sabtu untuk menghormati Bunda Maria. Yang terpenting baginya ialah tidak akan pernah berkata bohong, atau tidak akan menggunakan nama Tuhan untuk bersumpah.
Sayang sekali, Ignasius pelan-pelan mengambil sifat dan tingkah laku yang tidak terpuji. Ibaratnya suatu lapisan tebal debu istana melekat pada diri anak muda dari gunung ini. Kesombongan, kebanggaan, dan hasrat untuk meraih keagungan dan kenikmatan segera menjadi faktor yang menggerakkan hidupnya. Ia senang dengan kehidupan tentara; ia memamerkan pedangnya, dan senang sekali berkelahi serta terlalu menonjolkan diri. Ia sangat menaruh perhatian bagaimana berpakaian bagus, dan secara khusus ia memelihara rambutnya yang panjang. Kecuali itu, ia sangat gemar merayu perempuan-perempuan cantik.
Maria Velasco sering menasihati Ignasius, tetapi nasihatnya tidak pernah digubris dan suatu hari Maria Velasco dengan sangat jengkel berkata kepada Ignasius, "Ignasius, kamu tidak akan pernah mempunyai pengertian yang mendalam atau maju berkembang sampai seseorang mematahkan kakimu." Kata-kata ini ternyata mengandung ramalan masa depan Ignasius.
Pada umur dua puluh tahunan, pada masa Ignasius mengejar kemahsyuran, ia sangat cemas karena orang-orang dengan hati-hati menjauhinya. Tentu saja hal ini melukai harga dirinya, karena ada bau busuk dari hidungnya, suatu penyakit yang tidak ada obatnya pada waktu itu. Ia mendatangi semua dokter dan mencoba semua obat yang mungkin, khususnya menyemprot hidungnya dengan air dingin. Akhirnya, bau busuk itu hilang dengan sendirinya.
Dalam tahun 1515 selama kunjungannya ke Loyola, sifat pemberani Ignasius mendatangkan masalah berat. Pada waktu karnaval, Ignasius dan seorang saudaranya laki-laki melakukan tindak kejahatan. Masalahnya tidak begitu jelas. Masalah ini lalu dibawa ke pengadilan, tetapi para terdakwa berhasil mendiamkan masalahnya. Kejadian ini membuka mata Ignasius akan kenyataan-kenyataan pahit yang segera datang: pertempuran berdarah dan kemenangan yang terlalu banyak makan korban. Untunglah nama harumnya tidak jatuh atau lebih tepatnya belum.
(bersambung...)
Juan Velazquez de Cuellar, menteri perpajakan Kerajaan Spanyol, adalah kawan baik Don Beltran, dan istri mereka adalah saudari sepupu. Velazquez juga menjadi kepala rumah tangga Raja, sedangkan Maria Velasco (istrinya) menjadi kepala para pembantu perempuan ratu putri, Germaine de Foix. Suatu hari, Velazquez minta Pangeran Loyola untuk mengirim anak bungsunya, Ignasius, ke rumahnya. Ia tidak hanya akan mendidik Ignasius dan membesarkannya seperti anaknya sendiri, tetapi juga akan menolongnya tenang tenteram dalam hidupnya.
Ignasius kemudian pergi ke rumah Velazquez di kota Arevalo, jauh dari Loyola. Ia tumbuh dewasa, baik fisik maupun mental; ia tinggal bersama keluarga bangsawan ini selama 10 tahun. Dulu putra-putri Loyola juga dididik di lingkungan istana oleh keluarga bangsawan yang masih berhubungan keluarga dengan mereka.
Sejak saat ini, nama Beltran tidak lagi ditemukan dalam dokumen-dokumen keluarga Loyola. Sangat besar kemungkinan ia meninggal setelah keberangkatan anak bungsunya.
Tahap demi tahap, Ignasius mempelajari tata krama dan sopan santun istana. Tugas pokoknya adalah membantu Menteri Perpajakan sebagai semacam sekretaris. Di sinilah ia belajar menulis halus yang ia pertahankan sampai akhir hidupnya. Di sini juga ia lalu mempunyai kebiasaan membaca buku-buku kepahlawanan, buku-buku novel zaman itu. Tata tertib kekesatriaan adalah sejenis sumpah militer yang diucapkan oleh para anggota atau ksatria dalam upacara meriah. Dalam sumpah itu, mereka berjanji untuk membela anak-anak yatim piatu, para janda, berperang melawan ketidakadilan dan menghukum para penjahat.
Setiap kali Raja mengunjungi berbagai kota yang ada, menteri Perpajakan dan Kepala rumah tangga harus ikut bersamanya. Sekretaris menteri Perpajakan juga ikut. Karena acara inilah, Ignasius dapat mengunjungi kota-kota penting dan mengenal orang-orang yang sangat berpengaruh. Ia juga belajar tentang pelayanan pemerintah baik yang ke dalam maupun yang keluar. Di samping itu, belajar berbagai macam hukum dan peraturan-peraturan serta orang-orang yang bertanggung jawab dalam masalah hukum. Demikian sedikit demi sedikit Ignasius memperoleh pendidikan, yang dalam bahasa sekarang disebut manajemen. Kelak pendidikan manajemen ini akan sangat berguna.
Keluarga Velazquez adalah keluarga besar dengan beberapa anak laki-laki dan perempuan. Anak-anak ini didorong untuk sejauh mungkin menjadi pelayan kehormatan di istana dengan gaji pendapatan yang sudah ditetapkan. Meskipun Ignasisus tidak pernah menjadi pelayan istana, ia hidup dan bergerak dalam lingkungan istana dan ia tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh istana yang sangat kuat.
Seorang yang tinggal di istana haruslah memiliki iman Kristen yang dalam, setia pada raja, memiliki rasa bangga akan tugas yang diberikan, percaya diri dan mempunyai watak murah hati. Ia juga harus sopan terhadap perempuan. Setiap anak muda laki-laki harus dapat main pedang dan belajar memainkan beberapa alat musik. Ignasius mempelajari semuanya. Tetapi ia berpantang tidak bermain musik pada hari Jumat untuk menghormati sengsara Tuhan dan pada hari Sabtu untuk menghormati Bunda Maria. Yang terpenting baginya ialah tidak akan pernah berkata bohong, atau tidak akan menggunakan nama Tuhan untuk bersumpah.
Sayang sekali, Ignasius pelan-pelan mengambil sifat dan tingkah laku yang tidak terpuji. Ibaratnya suatu lapisan tebal debu istana melekat pada diri anak muda dari gunung ini. Kesombongan, kebanggaan, dan hasrat untuk meraih keagungan dan kenikmatan segera menjadi faktor yang menggerakkan hidupnya. Ia senang dengan kehidupan tentara; ia memamerkan pedangnya, dan senang sekali berkelahi serta terlalu menonjolkan diri. Ia sangat menaruh perhatian bagaimana berpakaian bagus, dan secara khusus ia memelihara rambutnya yang panjang. Kecuali itu, ia sangat gemar merayu perempuan-perempuan cantik.
Maria Velasco sering menasihati Ignasius, tetapi nasihatnya tidak pernah digubris dan suatu hari Maria Velasco dengan sangat jengkel berkata kepada Ignasius, "Ignasius, kamu tidak akan pernah mempunyai pengertian yang mendalam atau maju berkembang sampai seseorang mematahkan kakimu." Kata-kata ini ternyata mengandung ramalan masa depan Ignasius.
Pada umur dua puluh tahunan, pada masa Ignasius mengejar kemahsyuran, ia sangat cemas karena orang-orang dengan hati-hati menjauhinya. Tentu saja hal ini melukai harga dirinya, karena ada bau busuk dari hidungnya, suatu penyakit yang tidak ada obatnya pada waktu itu. Ia mendatangi semua dokter dan mencoba semua obat yang mungkin, khususnya menyemprot hidungnya dengan air dingin. Akhirnya, bau busuk itu hilang dengan sendirinya.
Dalam tahun 1515 selama kunjungannya ke Loyola, sifat pemberani Ignasius mendatangkan masalah berat. Pada waktu karnaval, Ignasius dan seorang saudaranya laki-laki melakukan tindak kejahatan. Masalahnya tidak begitu jelas. Masalah ini lalu dibawa ke pengadilan, tetapi para terdakwa berhasil mendiamkan masalahnya. Kejadian ini membuka mata Ignasius akan kenyataan-kenyataan pahit yang segera datang: pertempuran berdarah dan kemenangan yang terlalu banyak makan korban. Untunglah nama harumnya tidak jatuh atau lebih tepatnya belum.
(bersambung...)
Langganan:
Postingan (Atom)