Minggu, 31 Januari 2010
Kaos Prompang 2009
"Kaosnya keren banget", begitulah komentar beberapa rekan yang melihat kaos yang diproduksi oleh tim prompang Serikat Jesus. Kaos dengan 4 desain (2 desain kaos oblong dan 2 desain kaos berkerah) dapat teman-teman miliki apabila tertarik dengan mengganti ongkos sebesar Rp. 50.000 per kaos. Mengenakan kaos prompang, teman-teman akan ikut mempromosikan IHS (Yesus sang penyelamat dunia) ataupun AMDG (Semua demi kemuliaan Allah yang lebih besar). Syukur kalau pemakai kaos ikut tergerak untuk berjuang di bawah panji Kristus dalam Serikat Jesus (tentunya yang cowok lho...)
Untuk mendapatkan kaos ini, silahkan menghubungi frater Lesnanto di nomor telepon 021-3908611
N.B: Pembelian tidak dapat dilakukan melalui transfer bank. Silakan telpon untuk memastikan cara pembayaran.
Sabtu, 23 Januari 2010
Retret Panggilan 2010
Pada tanggal 14-17 Januari 2010, telah diadakan Retret Panggilan Serikat Jesus 2010. Retret Panggilan Serikat Jesus hendak menjaring para pemuda yang ingin mengabdikan hidupnya bagi pewartaan iman dan penegakan keadilan di bawah panji salib Kristus. Pada tahun 2010 ini, ada 15 pemuda yang datang dan berkanjang dalam keheningan selama 4 hari 3 malam untuk mendengarkan kehendak Tuhan bagi hidupnya. Retret yang diadakan di Rumah Retret Pangesti Wening, Ambarawa ini didampingi oleh 1 bruder (bruder Jumeno) dan 5 skolastik (fr. Andi, fr. Lesnanto, fr. Suryadi, fr. Didik, dan fr. ernest). Cuaca di Ambarawa berangin dan hujan sehingga membawa kesejukan yang mendukung suasana doa.
Pada tanggal yang sama, di Seminari Menengah Mertoyudan juga diselenggarakan Retret Penegasan. Retret Penegasan bertujuan untuk memantapkan para pemuda yang telah menjalani pendampingan selama 1 tahun untuk mendaftar (solisitasi) ke dalam Serikat Jesus. Ada 3 calon yang mengikuti retret penegasan dan mereka didampingi oleh Rm. Guido S.J.
Retret telah usai. Namun, akhir dari retret justru menjadi awal mula pertarungan yang sesungguhnya, pertarungan dalam dunia untuk selalu menghadirkan kerajaan Allah bagi diri sendiri dan sesama.
Kami menunggu para pemuda lain yang sungguh tertantang pada tahun 2011!
Para Peserta dan Pendamping Retret Panggilan Serikat Jesus 2010
Pada tanggal 14-17 Januari 2010, telah diadakan Retret Panggilan Serikat Jesus 2010. Retret Panggilan Serikat Jesus hendak menjaring para pemuda yang ingin mengabdikan hidupnya bagi pewartaan iman dan penegakan keadilan di bawah panji salib Kristus. Pada tahun 2010 ini, ada 15 pemuda yang datang dan berkanjang dalam keheningan selama 4 hari 3 malam untuk mendengarkan kehendak Tuhan bagi hidupnya. Retret yang diadakan di Rumah Retret Pangesti Wening, Ambarawa ini didampingi oleh 1 bruder (bruder Jumeno) dan 5 skolastik (fr. Andi, fr. Lesnanto, fr. Suryadi, fr. Didik, dan fr. ernest). Cuaca di Ambarawa berangin dan hujan sehingga membawa kesejukan yang mendukung suasana doa.
Pada tanggal yang sama, di Seminari Menengah Mertoyudan juga diselenggarakan Retret Penegasan. Retret Penegasan bertujuan untuk memantapkan para pemuda yang telah menjalani pendampingan selama 1 tahun untuk mendaftar (solisitasi) ke dalam Serikat Jesus. Ada 3 calon yang mengikuti retret penegasan dan mereka didampingi oleh Rm. Guido S.J.
Retret telah usai. Namun, akhir dari retret justru menjadi awal mula pertarungan yang sesungguhnya, pertarungan dalam dunia untuk selalu menghadirkan kerajaan Allah bagi diri sendiri dan sesama.
Kami menunggu para pemuda lain yang sungguh tertantang pada tahun 2011!
Para Peserta dan Pendamping Retret Panggilan Serikat Jesus 2010
Sabtu, 02 Januari 2010
Selamat Natal dan Tahun Baru
SELAMAT NATAL
25 Desember 2009
SELAMAT TAHUN BARU 01 Januari 2010
Natal dan Tahun Baru selalu mengajak kita menjadi baru. Terkadang kita terlalu nyaman dalam cangkang lama yang menghambat perkembangan diri kita. Yesus telah datang ke dunia, mau hidup bersama kita. Solidaritas dari Yang Ilahi mengajak kita untuk berani membuat perubahan.
Sebagai hadiah natal, sebuah kisah yang disampaikan oleh Rm. Krispurwana Cahyadi S. J kami haturkan.
Setelah beberapa lama berada di Yerusalem untuk menyelesaikan terjemahan Kitab Suci, Hieronimus akhirnya memutuskan mengakhiri 'proyek' itu dengan merayakan Natal di Bethlehem. Dia memilih tinggal di sebuah gua kecil di pinggiran Bethlehem.
Sekitar tengah malam, Yesus menampakkan diri kepadanya dan bertanya, "Hieronimus, hadiah natal apa yang kau siapkan untuk-Ku?"
Dengan segera dan penuh semangat Hieronimus menjawab, "Tuhan, aku akan mempersembahkan terjemahan sabda-Mu". Namun Tuhan Yesus tidak antusias menerima itu. dan berkata, "Tidak, Hieronimus, Aku tidak menginginkan itu."
Hieronimus tak percaya akan itu semua. Telah bertahun-tahun dia menghabiskan waktu untuk menterjemahkan Kitab Suci, namun ternyata Tuhan tidak menginginkan itu sebagai hadiah ulang tahun-Nya. Lalu dia mengucapkan berbagai janji, mulai dari puasa sampai berbuat amal kasih. Tetapi atas semua itu, Tuhan Yesus tetap mengatakan, "Aku tidak menginginkan itu semua". Akhirnya dengan setengah putus asa, Hieronimus memberanikan diri bertanya, "Tuhan, katakanlah apa yang Kau kehendaki, hadiah kelahiran-Mu yang paling berkenan kepada-Mu?"
"Kamu berjanji untuk itu, Hieronimus?" tanya Yesus. "Ya Tuhan, aku berjanji, segala apapun yang Kau kehendaki." Yesus lalu mengatakan, "Berikanlah dosa-dosamu."
Natal. Dia yang besar rela menjadi kecil. Dia yang adalah sumber hidup rela menjadi bayi. Dia yang Maha Kuasa rela bergantung. Di hadapan Dia yang seperti itu, apakah lalu yang bisa kita banggakan? Mengapa kita suka bicara hal-hal besar, membanggakan diri sebagai besar dan hebat, lalu sulit mengakui dengan rendah hati akan keterbatasan dan kelemahan kita, bahwa kita ini hanyalah para pengabdi Allah, melayani Gereja dan dunia-Nya, untuk menyelamatkan jiwa-jiwa? Mengapa kita suka pula berpikir hal-hal besar, lalu sulit menjadi sederhana, apalagi miskin dan rendah hati?
"Kesombongan. Kesombongan. Kalau kalian terjebak dalam kesombongan, kalian akan hancur."
Kalau Dia rela menjadi kecil, mengapa suka berpikir hal besar? Kalau Dia rela menjadi sederhana, mengapa kita suka merasa diri penting dan dibutuhkan? Kalau Dia datang membawa damai, mengapa kita justru bangga jika menimbulkan pertentangan atau bersikap sinis, pun di tengah komunitas kita?
Natal. Bukanlah ajakan untuk menjadi kecil, dan menjadi seperti kata Ignatius Loyola, menjadi manusia Latihan Rohani, yang memberikan diri mengabdi-Nya di dalam Gereja-Nya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa?
25 Desember 2009
SELAMAT TAHUN BARU 01 Januari 2010
Natal dan Tahun Baru selalu mengajak kita menjadi baru. Terkadang kita terlalu nyaman dalam cangkang lama yang menghambat perkembangan diri kita. Yesus telah datang ke dunia, mau hidup bersama kita. Solidaritas dari Yang Ilahi mengajak kita untuk berani membuat perubahan.
Sebagai hadiah natal, sebuah kisah yang disampaikan oleh Rm. Krispurwana Cahyadi S. J kami haturkan.
Setelah beberapa lama berada di Yerusalem untuk menyelesaikan terjemahan Kitab Suci, Hieronimus akhirnya memutuskan mengakhiri 'proyek' itu dengan merayakan Natal di Bethlehem. Dia memilih tinggal di sebuah gua kecil di pinggiran Bethlehem.
Sekitar tengah malam, Yesus menampakkan diri kepadanya dan bertanya, "Hieronimus, hadiah natal apa yang kau siapkan untuk-Ku?"
Dengan segera dan penuh semangat Hieronimus menjawab, "Tuhan, aku akan mempersembahkan terjemahan sabda-Mu". Namun Tuhan Yesus tidak antusias menerima itu. dan berkata, "Tidak, Hieronimus, Aku tidak menginginkan itu."
Hieronimus tak percaya akan itu semua. Telah bertahun-tahun dia menghabiskan waktu untuk menterjemahkan Kitab Suci, namun ternyata Tuhan tidak menginginkan itu sebagai hadiah ulang tahun-Nya. Lalu dia mengucapkan berbagai janji, mulai dari puasa sampai berbuat amal kasih. Tetapi atas semua itu, Tuhan Yesus tetap mengatakan, "Aku tidak menginginkan itu semua". Akhirnya dengan setengah putus asa, Hieronimus memberanikan diri bertanya, "Tuhan, katakanlah apa yang Kau kehendaki, hadiah kelahiran-Mu yang paling berkenan kepada-Mu?"
"Kamu berjanji untuk itu, Hieronimus?" tanya Yesus. "Ya Tuhan, aku berjanji, segala apapun yang Kau kehendaki." Yesus lalu mengatakan, "Berikanlah dosa-dosamu."
Natal. Dia yang besar rela menjadi kecil. Dia yang adalah sumber hidup rela menjadi bayi. Dia yang Maha Kuasa rela bergantung. Di hadapan Dia yang seperti itu, apakah lalu yang bisa kita banggakan? Mengapa kita suka bicara hal-hal besar, membanggakan diri sebagai besar dan hebat, lalu sulit mengakui dengan rendah hati akan keterbatasan dan kelemahan kita, bahwa kita ini hanyalah para pengabdi Allah, melayani Gereja dan dunia-Nya, untuk menyelamatkan jiwa-jiwa? Mengapa kita suka pula berpikir hal-hal besar, lalu sulit menjadi sederhana, apalagi miskin dan rendah hati?
"Kesombongan. Kesombongan. Kalau kalian terjebak dalam kesombongan, kalian akan hancur."
Kalau Dia rela menjadi kecil, mengapa suka berpikir hal besar? Kalau Dia rela menjadi sederhana, mengapa kita suka merasa diri penting dan dibutuhkan? Kalau Dia datang membawa damai, mengapa kita justru bangga jika menimbulkan pertentangan atau bersikap sinis, pun di tengah komunitas kita?
Natal. Bukanlah ajakan untuk menjadi kecil, dan menjadi seperti kata Ignatius Loyola, menjadi manusia Latihan Rohani, yang memberikan diri mengabdi-Nya di dalam Gereja-Nya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa?
Langganan:
Postingan (Atom)