JARI TUHAN
Kita tentu ingat kisah dalam Injil yang mengisahkan Yesus dan perempuan yang berzinah. Tentu mudah bagi kita untuk mengarahkan jari kepada seseorang yang tertangkap basah melakukan kejahatan. Ketika ada seseorang tertangkap basah, perhatian tentunya terarah pada si tertuduh, sedangkan aku dengan segala kedosaanku tidak akan diperhatikan dan terhindar dari tatapan curiga orang-orang di sekitarku. Ketika kita bergabung dengan massa penuduh, aku menjauhkan diri dari pemeriksaan diri dan kemungkinan untuk bertobat.
Ada banyak tafsiran tentang apa yang ditulis oleh Yesus ketika dia menunduk dan menulis di tanah seperti tampak dalam kisah Yesus dan perempuan yang berzinah. Ada yang berpendapat, Yesus menuliskan dosa para penuduh. Ada pula yang berpendapat, Yesus meniru praktek kerajaan Romawi dimana hakim pertama-tama menuliskan keputusan dan membacakannya keras-keras. Yang lain lagi berpendapat bahwa Yesus mengulur-ulur waktu untuk memikirkan jawaban apa yang hendak diberikannya.
Barbara Reid, O.P, seorang suster Dominikan memberikan sebuah permenungan yang menarik. Dia mengkaitkan kisah dalam Yoh 8:6 dengan pemberikan hukum kepada Musa. Dalam Musa 31:18 dikatakan bahwa Allah memberikan kepada Musa 2 loh batu yang ditulis dengan jari Tuhan. Barbara Reid melihat bahwa bukan isi dari tulisan Yesus yang penting dalam permenungan kita (karena apabila isi tulisan itu penting, Yohanes pasti sudah menuliskannyau untuk kita), namun TINDAKAN YESUS itulah yang perlu kita renungkan. Tindakan Yesus menulis dengan jarinya menunjukkan tindakan Allah yang telah memberikan hukum kepada umat Israel melalui Musa. Interpretasi Yesus terhadap hukum adalah sejalan dengan maksud Allah. Hukum tidak dipergunakan sebagai instrumen pengutukan, namun bimbingan untuk hidup seturut kehendak Allah.
Mungkin kita bertanya-tanya, bagaimana mungkin Yesus membiarkan seorang yang jelas-jelas berdosa pergi begitu saja tanpa hukuman? Ini dapat menggoyahkan iman mereka yang masih belum kuat. Ada yang berpendapat bahwa meskipun Yesus mengampuni dosa kita, dia tidaklah menghilangkan hukuman sosial yang resmi. Tetapi, dalam permenungan tentang relasi personal kita dengan Allah, kita tidak dapat berbicara dalam tataran aturan dan hukuman. Kacamata Tuhan bukan kacamata aturan dan hukuman seolah-olah Allah adalah sosok yang kejam yang siap menghukum bila kita bersalah. Hukum tidak dapat mengekspresikan dengan baik tentang relasi kita dengan Tuhan. Yang merekatkan kita dengan Allah adalah hadiah pengampunan yang ditawarkan oleh Allah lewat diri Kristus. Inilah hadiah yang mengundang kita untuk masuk ke dalam hidup baru. Hadiah ini akan menyebar semakin banyak setiap kali kita menawarkan pengampunan dan belas kasih kepada satu sama lain.
Pelukis terkenal Michaelangelo pernah membuat lukisan yang menakjubkan: Allah, dikelilingi para malaikat, mengulurkan tangan-Nya, dengan jari telunjuk-Nya terarah pada Adam. Jari telunjuk-Nya tidaklah menunjuk kesalahan manusia, namun berusaha menarik manusia ke dalam kasih-Nya. Jari Adam terarah pada Allah, berusaha untuk meraih-Nya. Apakah kita mau menyentuhkan jari kita dan menerima tawaran-Nya?
Kamis, 01 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar